Friday, February 2, 2018

ARGUMENTASI MENGAPA ORANG BERIMAN YANG HARUS MENJADI PEMIMPIN?


(Abdul Ghoni DQM)
 
Imam Hasan al-Banna dalam buku “Majmu’ah Rosa’il” dalam bab “ilaa ayyi syai’in nad’u an-nas” menjelaskan keragaman tujuan besar hidup manusia. Hal tersebut merujuk kepada apa yang Allah gambarkan dalam al-Qur’an, tentang keinginan dan tujuan manusia yang beraneka ragam dalam menjalankan hidupnya.
 
Kelompok pertama adalah orang yang tujuan hidupnya adalah makan dan bersenang-senang. Baginya hidup hanya untuk itu. Kesenangan individu menjadi segalanya dan harus dapat dicapai. Hal tersebut dijelaskan dalam surat Muhammad ayat 12 yang berbunyi:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.”
 
Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa orang-orang Kafir menjalani hidup hanya untuk makan dan bersenang-senang Bahkan dalam mewujudkan itu semua, mereka menghalalkan segala cara, tidak peduli apakah diperbolehkan atau tidak. Perilaku seperti itu diibaratkan seperti binatang. Binatang adalah gambaran makhluk Allah yang hanya memiliki hawa nafsu. Binatang akan melakukan apa saja demi memenuhi dorongan hawa nafsunya. Tidak ada aturan, moralitas, prinsip benar-salah dalam dunia binatang. Sungguh naif manusia sebagai makhluk paling mulia, mengikuti gaya hidup yang akan membawanya ke tempat yang paling hina.
 
Kelompok kedua adalah mereka yang menjalani hidup demi menggapai kemewahan semata, yang kesemuanya akan fana dan sirna. Dalam surat Ali Imran ayat 14, Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
 
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia secara built in memiliki kecintaan terhadap perhiasan dan kemewahan dunia. Namun Allah mengingatkan bahwa itu hanya kenikmatan dunia yang akan hilang dan tidak berarti apa-apa bagi pemiliknya. Ada kenikmatan yang lebih tinggi dari kemewahan dunia yang ada di sisi Allah.
 
Kelompok ketiga adalah orang-orang yang tujuan hidupnya di dunia adalah membuat onar, trouble maker, atau membuat kerusakan dalam kehidupan.  Allah menjelaskan fenomena manusia model seperti itu dalam surat al-Baqarah ayat 204 dan 205.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”
 
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa ada manusia yang secara kasat mata nampak menakjubkan luar biasa, memberikan kesan yang hebat, serta menyihir pikiran manusia. Orang seperti ini tentu saja dikagumi banyak orang. Akan tetapi Allah membuka hakikat diri mereka dan ternyata di balik sesuatu yang membuat orang berdecak kagum, mereka adalah orang-orang yang sering membuat fitnah, kekacauan dan kerusakan. Allah menyebutkan perilaku kerusakan mereka seperti menghancurkan pertanian dan keturunan.
 
Jika dilihat kasus Indonesia, penghancuran pertanian misalnya muncul dengan menjauhkan generasi muda dari agrobisnis. Pemuda-pemuda Indonesia sudah jauh dari cita-cita menjadi seorang pengusaha dalam bidang pertanian. Padahal pertanian adalah anugerah Allah yang spesial untuk Indonesia. Semua komponen bangsa digerakkan untuk meninggalkan atau setidaknya memandang sebelah mata aspek pertanian.
 
Penghancuran keturunan saat ini tidak lagi dilakukan secara terang-terangan dengan menyerang secara fisik. Cita-cita dan tujuan menghancurkan generasi dengan memasukkan gaya hidup negative kepada mereka. Ketika disebutkan kelompok generasi muda, maka yang banyak terlintas adalah kerusakan moral, jauhnya mereka dari nilai-nilai agama dan budaya, dan berbagai perilaku destruktif yang dilakukan secara kolektif oleh mereka.
 
Demikian tiga model tujuan hidup manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia. Dimulai dari tujuan hidup hanya untuk makan dan bersenang-senang, kemudian mereka yang menjadikan kemewahan sebagai angan-angan tertingginya, dan yang paling buruk adalah mereka yang selalu ingin melakukan kerusakan-kerusakan dalam hidupnya.
 
Allah SWT menginginkan orang-orang yang beriman jauh dan bersih dari tujuan hidup seperti di atas. Allah membimbing orang beriman agar memiliki tujuan yang mulia dalam hidupnya. Orang-orang beriman diharapkan membimbing umat manusia menuju tujuan hidup yang sebenarnya. Mereka menjadi penebar cahaya dan penerang di tengah kegelapan kehidupan dunia. Hal tersebut dijelaskan dalam surat al-Hajj ayat 77 dan 78 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ
“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
 
Hendaknya agenda dan tujuan besar hidup orang beriman adalah untuk bersujud kepada Allah. Setelah itu mereka diarahkan untuk selalu produktif melakukan kebaikan-kebaikan. Orang-orang beriman perlu melakukan semuanya penuh dengan kesungguhan. Kemudian disebutkan dalam ayat tersebut bahwa menjadi orang beriman adalah sesuatu yang sangat-sangat istimewa dan luar biasa. Allah yang memilih mereka menjadi orang beriman. Allah pula yang secara khusus menyebutkan mereka sebagai Muslim.
 
Dari kesemua gambaran tujuan hidup manusia yang sudah disebutkan, terlihat bahwa hanya orang-orang beriman yang memiliki tujuan hidup mulia. Allah terus-menerus memberikan arahan dan bimbingan kepada mereka. Pada saat yang sama, umat manusia tidak dapat berharap banyak dari selain orang beriman, karena memang mereka digambarkan sangat individualis dan hanya concern dengan hidup mereka sendiri dengan bersenang-senang dan mengikuti gaya judi penuh kemewahan, bahkan ada di antara mereka yang hanya ingin melakukan kerusakan-kerusakan selama hidupnya.
 
Hal ini sejalan dengan konsep Philosopher King Plato, bahwa yang layak menjadi raja adalah mereka yang berpegang teguh pada nilai dan etika. Menurut Plato, sangat mustahil orang yang tidak concern dengan nilai- nilai, tiba-tiba mau memperjuangkannya dengan penuh kesungguhan.
 
Jika demikian adanya, maka sungguh hanya orang beriman yang pantas dan layak untuk mengatur dan memimpin umat manusia di berbagai belahan dunia. Hanya orang beriman yang memiliki tujuan hidup begitu mulia, tulus, dan terpanggil untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Orang-orang beriman sesungguhnya adalah manusia-manusia istimewa pilihan Allah di atas muka bumi ini. Orang-orang berimanlah yang sebenarnya pantas untuk menjadi Khalifah dengan kemuliaan tujuan hidup yang mereka miliki.
 
Maka menjadi tugas orang-orang beriman, bagaimana memantaskan diri agar layak untuk menjadi pemimpin bagi seluruh umat manusia di berbagai ruang lingkup kehidupan yang sedang dijalani. Orang beriman harus berupaya terus-menerus agar memiliki kapasitas yang memang dibutuhkan saat memimpin komunitasnya.
 
Semoga Allah memberikan jalan agar orang-orang beriman layak menjadi pemimpin-pemimpin di negeri ini. Amin ya Robb...

No comments:

Post a Comment