(Abdul Ghoni DQM)
Imam Hasan al-Banna dalam buku “Majmu’ah Rosa’il”
dalam bab “ilaa ayyi syai’in nad’u an-nas” menjelaskan keragaman tujuan
besar hidup manusia. Hal tersebut merujuk kepada apa yang Allah gambarkan dalam
al-Qur’an, tentang keinginan dan tujuan manusia yang beraneka ragam dalam
menjalankan hidupnya.
Kelompok pertama adalah orang yang tujuan hidupnya adalah
makan dan bersenang-senang. Baginya hidup hanya untuk itu. Kesenangan individu
menjadi segalanya dan harus dapat dicapai. Hal tersebut dijelaskan dalam surat
Muhammad ayat 12 yang berbunyi:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ
كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan
mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal
mereka.”
Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa orang-orang
Kafir menjalani hidup hanya untuk makan dan bersenang-senang Bahkan dalam
mewujudkan itu semua, mereka menghalalkan segala cara, tidak peduli apakah
diperbolehkan atau tidak. Perilaku seperti itu diibaratkan seperti binatang.
Binatang adalah gambaran makhluk Allah yang hanya memiliki hawa nafsu. Binatang
akan melakukan apa saja demi memenuhi dorongan hawa nafsunya. Tidak ada aturan,
moralitas, prinsip benar-salah dalam dunia binatang. Sungguh naif manusia
sebagai makhluk paling mulia, mengikuti gaya hidup yang akan membawanya ke
tempat yang paling hina.
Kelompok kedua adalah mereka yang menjalani hidup demi
menggapai kemewahan semata, yang kesemuanya akan fana dan sirna. Dalam surat
Ali Imran ayat 14, Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ
النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ
وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga).”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia secara built in
memiliki kecintaan terhadap perhiasan dan kemewahan dunia. Namun Allah
mengingatkan bahwa itu hanya kenikmatan dunia yang akan hilang dan tidak
berarti apa-apa bagi pemiliknya. Ada kenikmatan yang lebih tinggi dari
kemewahan dunia yang ada di sisi Allah.
Kelompok ketiga adalah orang-orang yang tujuan hidupnya di
dunia adalah membuat onar, trouble maker, atau membuat kerusakan dalam
kehidupan. Allah menjelaskan fenomena
manusia model seperti itu dalam surat al-Baqarah ayat 204 dan 205.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ
الْخِصَامِ
وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي الْأَرْضِ
لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang
kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas
kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan
apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan.”
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa ada manusia yang secara
kasat mata nampak menakjubkan luar biasa, memberikan kesan yang hebat, serta
menyihir pikiran manusia. Orang seperti ini tentu saja dikagumi banyak orang.
Akan tetapi Allah membuka hakikat diri mereka dan ternyata di balik sesuatu
yang membuat orang berdecak kagum, mereka adalah orang-orang yang sering
membuat fitnah, kekacauan dan kerusakan. Allah menyebutkan perilaku kerusakan
mereka seperti menghancurkan pertanian dan keturunan.
Jika dilihat kasus Indonesia, penghancuran pertanian
misalnya muncul dengan menjauhkan generasi muda dari agrobisnis. Pemuda-pemuda
Indonesia sudah jauh dari cita-cita menjadi seorang pengusaha dalam bidang
pertanian. Padahal pertanian adalah anugerah Allah yang spesial untuk
Indonesia. Semua komponen bangsa digerakkan untuk meninggalkan atau setidaknya
memandang sebelah mata aspek pertanian.
Penghancuran keturunan saat ini tidak lagi dilakukan secara
terang-terangan dengan menyerang secara fisik. Cita-cita dan tujuan
menghancurkan generasi dengan memasukkan gaya hidup negative kepada mereka.
Ketika disebutkan kelompok generasi muda, maka yang banyak terlintas adalah
kerusakan moral, jauhnya mereka dari nilai-nilai agama dan budaya, dan berbagai
perilaku destruktif yang dilakukan secara kolektif oleh mereka.
Demikian tiga model tujuan hidup manusia dalam menjalani
kehidupannya di dunia. Dimulai dari tujuan hidup hanya untuk makan dan bersenang-senang,
kemudian mereka yang menjadikan kemewahan sebagai angan-angan tertingginya, dan
yang paling buruk adalah mereka yang selalu ingin melakukan kerusakan-kerusakan
dalam hidupnya.
Allah SWT menginginkan orang-orang yang beriman jauh dan
bersih dari tujuan hidup seperti di atas. Allah membimbing orang beriman agar
memiliki tujuan yang mulia dalam hidupnya. Orang-orang beriman diharapkan
membimbing umat manusia menuju tujuan hidup yang sebenarnya. Mereka menjadi
penebar cahaya dan penerang di tengah kegelapan kehidupan dunia. Hal tersebut
dijelaskan dalam surat al-Hajj ayat 77 dan 78 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا
وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ
ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ
إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ
الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ
الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ
“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia
telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah
menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam
(Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu
semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah
Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
Hendaknya agenda dan tujuan besar hidup orang beriman adalah
untuk bersujud kepada Allah. Setelah itu mereka diarahkan untuk selalu
produktif melakukan kebaikan-kebaikan. Orang-orang beriman perlu melakukan
semuanya penuh dengan kesungguhan. Kemudian disebutkan dalam ayat tersebut
bahwa menjadi orang beriman adalah sesuatu yang sangat-sangat istimewa dan luar
biasa. Allah yang memilih mereka menjadi orang beriman. Allah pula yang secara
khusus menyebutkan mereka sebagai Muslim.
Dari kesemua gambaran tujuan hidup manusia yang sudah
disebutkan, terlihat bahwa hanya orang-orang beriman yang memiliki tujuan hidup
mulia. Allah terus-menerus memberikan arahan dan bimbingan kepada mereka. Pada
saat yang sama, umat manusia tidak dapat berharap banyak dari selain orang
beriman, karena memang mereka digambarkan sangat individualis dan hanya concern
dengan hidup mereka sendiri dengan bersenang-senang dan mengikuti gaya judi penuh
kemewahan, bahkan ada di antara mereka yang hanya ingin melakukan
kerusakan-kerusakan selama hidupnya.
Hal ini sejalan dengan konsep Philosopher King Plato,
bahwa yang layak menjadi raja adalah mereka yang berpegang teguh pada nilai dan
etika. Menurut Plato, sangat mustahil orang yang tidak concern dengan
nilai- nilai, tiba-tiba mau memperjuangkannya dengan penuh kesungguhan.
Jika demikian adanya, maka sungguh hanya orang beriman yang
pantas dan layak untuk mengatur dan memimpin umat manusia di berbagai belahan
dunia. Hanya orang beriman yang memiliki tujuan hidup begitu mulia, tulus, dan
terpanggil untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Orang-orang beriman
sesungguhnya adalah manusia-manusia istimewa pilihan Allah di atas muka bumi
ini. Orang-orang berimanlah yang sebenarnya pantas untuk menjadi Khalifah
dengan kemuliaan tujuan hidup yang mereka miliki.
Maka menjadi tugas orang-orang beriman, bagaimana
memantaskan diri agar layak untuk menjadi pemimpin bagi seluruh umat manusia di
berbagai ruang lingkup kehidupan yang sedang dijalani. Orang beriman harus
berupaya terus-menerus agar memiliki kapasitas yang memang dibutuhkan saat
memimpin komunitasnya.
Semoga Allah memberikan jalan agar orang-orang beriman layak
menjadi pemimpin-pemimpin di negeri ini. Amin ya Robb...
No comments:
Post a Comment