Oleh: Dr. Abdul Ghoni,M,Hum.
Kadang
sebagian kita berpikir bahwa untuk mendapatkan syurga itu sangat berat serta
memerlukan biaya dan modal yang sangat besar. Jika demikian tentu saja hanya
orang kaya yang terbuka baginya peluang menuju syurga. Hanya orang yang
mendapat keberuntungan dunia yang layak menjadi penghuni syurga. Bagaimana
nasib seseorang yang hidup dalam kefakiran? Bagi orang miskin, akan tertutup
baginya jalan tersebut.
Persepsi
bahwa syurga berbiaya besar seperti di atas perlu diluruskan. Bukankah Allah
maha adil dalam menilai perilaku manusia dengan keragaman potensi yang ia
miliki? Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, Rasulullah bersabda:
الجنة أقرب الى أحدكم من شراك نعله
“syurga lebih dekat kepada kalian,
daripada tali sandal kalian sendiri”.
Hadits
tersebut menjelaskan bahwa setiap manusia betapapun keadaannya, terbuka baginya
jalan menuju syurga. Orang kaya dan miskin sama-sama berkesempatan masuk
syurga. Orang perkotaan dan pedesaan memiliki jalannya masing-masing untuk
mendapat syurga. Ada begitu banyak jalan, ada keragaman kebaikan yang bisa
dilakukan seseorang sesuai dengan keadaannya masing-masing.
Shalat
sebagai kewajiban utama manusia misalnya, ternyata tidak membutuhkan biaya yang
besar. Ukuran yang harus dipenuhi saat melaksanakan shalat adalah kebersihan dan
kecukupan pakaian untuk dapat menutup aurat. Tidak ada keharusan
menggunakan bahan dengan harga atau dengan model tertentu dalam
melaksanakan shalat. Setiap orang dapat menggunakan pakaian sehari-harinya
untuk melaksanakan kewajiban shalat.
Di samping
itu ada banyak kebaikan yang bersifat maknawi dan tidak membutuhkan biaya
sedikitpun. Kebaikan tersebut berupa bagaimana seseorang memiliki niat yang
baik, meluruskan niat, dan selalu memiliki niat yang besar meskipun kesempatan
itu seolah tidak ada sama sekali. Niat adalah penentu kualitas perbuatan
seseorang di sisi Allah. Hal tersebut dijelaskan dalam hadits Nabi SAW ketika
menjelaskan model-model manusia. Model pertama adalah manusia yang memiliki
harta dan ilmu, sehingga hartanya digunakan untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Model kedua adalah manusia yang memiliki ilmu tetapi tidak memiliki
harta. Orang tersebut dengan ilmunya memiliki niat yang baik. Ia bertekad
melakukan seperti yang dilakukan orang model pertama jika ia suatu saat
memiliki harta. Dalam hadits dijelaskan bahwa orang model pertama dan kedua
memiliki kedudukan dan mendapatkan ganjaran yang sama. Hadits tersebut menjadi
oase bagi mereka yang memiliki kesempitan dunia akan tetapi berpeluang
mendapatkan keluasan pahala dari Allah.
Sebaliknya
ketika seseorang berpikir sejenak terhadap orang yang melakukan keburukan,
ternyata tidak sedikit di antara keburukan yang justru membutuhkan uang banyak.
Sebut saja orang yang menjadi pecandu narkoba. Ia membutuhkan uang yang sangat
banyak untuk memenuhi keinginan hawa nafsunya. Seorang penjudi dapat
menghabiskan banyak uang dalam hitungan jam bahkan menit. Seorang peminum khamr
menghabiskan uang yang juga tidak sedikit untuk menikmati khamr dengan jenis
tertentu.
Dari
ilustrasi tergambar bahwa ada banyak kebaikan yang tidak membutuhkan biaya
besar, bahkan tidak membutuhkan dana sama sekali. Di sisi lain, ada begitu
banyak keburukan yang justru membutuhkan dana besar bahkan memiliki resiko yang
sangat tinggi. Namun satu hal yang tidak logis adalah ada di antara manusia
justru memilih keburukan yang membutuhkan dana besar daripada melakukan
kebaikan yang tidak berbiaya tinggi. Irrasionalitas itu semakin nampak jelas
ketika pelaku keburukan menyadari bahwa keburukan berbiaya besar itu,
menggiring seseorang dalam kemurkaan Allah. Sementara kebaikan yang tidak
berbiaya itu mengantarkan mereka dalam kasih sayang Allah.
No comments:
Post a Comment