Monday, April 17, 2017

“ Membumikan Toleransi Demi Kemajuan NKRI “

Oleh : Zulfa Syafiqoh M.

    Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Tujuan makhluk sosial tentunya agar mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok variasi warna salah satunya adalah perbedaan agama.


    Dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan yang dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara mereka antara satu dengan yang lainnya.

    Dalam pembukaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “ Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk berbadah menurut kepercayaan itu. ” Oleh karena itu kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya menjungjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.

    Namun akhir-akhir ini banyak sekali terjadi kasus-kasus kerusuhan yang kebanyakan didasarkan atas sentiment agama. Kasus-kasus kerusuhan tersebut dapat merusak nama bangsa Indonesia di duina Internasional seperti yang mereka inginkan yaitu tak ada toleransi sekolah yang dibocorkan soal UN, Al-Qur’an digigit babi, penistaan agama, pelecehan ulama dan lain-lain.

    Dalam Q.S : Al-Kafirun : 1-6

    Artinya : “Katakanlah ( wahai Muhammad kepada orang-orang kafir). “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan Untukkulah agamaku”.

    Jangan heran, jika non muslim memberi ucapan selamat pada perayaan Idul Fitri yang kita rayakan. Itu semua bertujuan supaya kita membalas ucapan selamat di perayaan Natal mereka. Inilah prinsip yang ditawarkan oleh kafir Quraisy di masa silam pada Nabi kita Muhammad shallallhu ‘alaihi wa sallam.

    Namun bagaimanakah Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam menyikapi toleransi seperti itu? Tentu seperti yang diajarkan dalam ayat, lakum dinukum wa li ya diin, bagi kalian agama kalian kalian, bagi kami agama kami. Sudahlah biarkan mereka beribadah dan merayakan hari rayanya, tanpa kita turut serta dalam perayaan mereka. Tanpa ada kata ucap selamat, hadiri undangan atau melakukan bentuk tolong menolong lainnya.

    Sepatah kata penutup ,

    Lalu, masihkah kita bertoleran pada para koruptor yang semakin melimpah, melihat mereka dimana mana berserakan seperti sampah?

    Masihkah kita bertoleran pada para manusia bertahta tinggi bermental sampah?

    Apa kita sebagai seorang warga negara di Indonesia dan kita mayoritas muslim masih ingin terus bertanya-tanya “islam yang mana?” karena islam itu bukan hanya satu?

    Bahkan perbedaan begitu melonjak. Islam KTP berserakan dimana-mana. Yang wajib disunahkan. Yang sunah diharamkan. Yang haram bertebaran! Padahal Tuhan kita satu, Pedoman kita sama. Apa kita akan membiarkan dunia berkuasa? Kita muslim tapi terpecah belah.

    Masihkah kita membiarkan kekayaan alam negeri kita menjadi penyisaan? Dan sisa yang akan menimbulkan bencana-bencana yang terjadi.
Apa Dasar Negara pun dilupakan?
Masih ingin melihat Negeri ini hidup hanya untuk banyak tertawa sedikit bekerja?
Dimana Orang Muslim? Dimana kalian?
Dakwah, kapan mulainya??
AllohuAkbar!! Bangkit!

No comments:

Post a Comment