Monday, November 6, 2017

Saatnya Umat Sadar Politik dan Ekonomi


     Ahad sore tanggal 5 Nopember 2017, penulis berkesempatan hadir dalam doa bersama menjelang Grand Opening Mini Market 212 di lingkungan Puspiptek Tangerang Selatan. Tidak ada yang terpikir dalam pikiran penulis saat itu kecuali kalimat yang menjadi tema di atas.

    Selama ini sebagian umat Islam menganggap politik dan ekonomi tidak penting dalam kehidupan. Bahkan ada yang menganggap keduanya hanya urusan dunia belaka,
atau bahkan dianggap kotor dan tidak baik untuk diperjuangkan. Anggapan tersebut telah menempatkan umat Islam sebagai penonton terbesar dalam pertandingan politik dan ekonomi. Ingat! Layaknya dalam pertandingan sepakbola, sebanyak apapun penonton, tidak punya pengaruh apapun terhadap hasil pertandingan. 22 orang pemain di tengah lapangan, itulah penentu segalanya. Ratusan ribu penonton di tribun tidak punya sumbangsih apapun terhadap kemenangan. 

   Umat Islam baru tersadarkan ketika skenario munculnya pemimpin non-Muslim di ibu kota negara dengan umat Islam terbesar di dunia menjadi kenyataan. Sebagian masyarakat miskin Jakarta tergusur dari tempat tinggal yang sudah turun-temurun mereka tinggali. Pajak Bumi Bangunan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Satu orang pemimpin adalah penentu nasib jutaan umat Islam Jakarta. Di situlah terasa, apa artinya jutaan Muslim yang hanya menjadi penonton dibanding satu orang yang menjadi eksekutor Jakata. 

   Kesadaran akan pentingnya politik pun mulai terbangun. Masyarakat Muslim bahu-membahu ingin mengusung Gubernur Muslim di Jakarta. Aksi-aksi mempersatukan umat menggelora dari mulai Aksi Bela Islam 411, 212 dan berbagai aksi lainnya. Tak terasa, ketika semua dilakukan dengan ikhlas, jutaan manusia mengalir tanpa dibayar sedikitpun. Bahkan mereka berlomba-lomba untuk berkontribusi demi kemuliaan Islam di Jakarta. Ada seorang penduduk Cikampek, sekitar jam 7 pagi sudah ada di tempat aksi dengan membawa makanan dan minuman untuk dibagikan kepada seluruh peserta aksi. Ada satu truk berisi makanan dan minuman yang parkir di pinggir jalan, ternyata itu adalah donasi para jamaah di salah satu masjid Jakarta.

     Kesadaran dan pengorbanan itu pun berbuah. Jakarta saat ini dipimpin oleh Gubernur Muslim. Baru beberapa hari menjabat, sang Gubernur dengan kewenangan politiknya dapat menutup hotel yang selama ini dianggap menjadi sumber keresahan sebagian umat Islam. Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi jika bukan Gubernur Muslim yang memimpin Jakarta! Akankah hotel penuh maksiat tersebut ditutup? Pro dan kontra ramai terjadi, karena hotel tersebut menjadi salah satu pemasok sumber pendapatan Jakarta hingga 30 milyar per tahun. Tetapi sang Gubernur dengan tenang menjawab, bahwa Jakarta lebih baik dibangun dengan dana yang halal.

     Kesadaran politik saat ini sudah mulai tumbuh. Kesadaran tersebut perlu terus dijaga dan didengungkan ke seluruh lapisan masyarakat, baik di kota-kota besar hingga ke pedesaan, dari pusat ibu kota Jakarta hingga ke daerah-daerah. Umat Islam harus yakin jika kewenangan politik dipegang oleh orang yang shaleh dan komitmen dengan nilai-nilai Islam maka seluruh kebijakan yang akan dikeluarkan akan berbuah kebaikan dan kemasalahatan umat. Umat Islam harus berani menunda kesenangan jangka pendek dengan menolak tawaran money politic agar bisa memilih pemimpin terbaik yang memuliakan Islam dan umatnya. Umat Islam harus rela tidak tergiur dengan tawaran sembako murah, pengobatan gratis, untuk bisa menghadirkan pemimpin terbaik yang taat kepada Allah.

    Kesadaran dalam politik harus terus digulirkan dan ditularkan dalam kesadaran ekonomi. Rasulullah sejak 14 abad yang lalu sudah berpesan kepada umatnya sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Ahmad yang artinya:

نِعْمَ المَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ
“Sebaik-baik harta adalah harta yang baik di tangan orang yang shaleh.”

      Dalam hadits tersebut digambarkan bahwa harta terbaik adalah harta yang ada dalam genggaman orang shaleh. Mafhum mukholafah dari hadits tersebut adalah bahwa seburuk-buruk harta adalah harta banyak yang dikuasai oleh orang yang fasiq, kafir, musyrik dan munafiq. Harta banyak yang ada di tangah orang shaleh akan mengalirkan manfaat yang banyak demi kemaslahatan umat. 

    Hartanya untuk membangun masjid, madrasah dan pesantren. Hartanya untuk membiayai pendidikan anak yatim dan dhuafa. Sebaliknya harta orang-orang yang kufur kepada Allah tentu akan digunakan untuk hal-hal yang membawa mudharat kepada umat. Hartanya digunakan untuk membawa mudharat kepada umat. Hartanya digunakan untuk mambangun tempat prostitusi dan perjudian. Hartanya untuk mengimpor Narkoba, minuman keras, film-film yang memuat pornografi, dan lain sebagainya.

     Umat Islam harus menunda transaksi ekonomi yang tanpa disadari ikut memperkaya orang yang kufur kepada Allah. Umat Islam sudah harus lebih berbahagia membantu saudaranya sesama Muslim untuk menjadi kaya, karena kekayaannya kelak akan kembali kepada umat. Umat Islam sudah harus lebih memilih produk-produk UKM Muslim yang nantinya akan digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak para pengusaha UKM tersebut, sehingga keluarganya akan semakin maju dan kelak mereka akan berjuang kembali untuk umat.

     Jangan-jangan tanpa disadari syiar-syiar kekufuran terus menggelora di bumi pertiwi justru dibiayai oleh umat Islam sendiri. Syiar-syiar kemaksiatan terus merajalela karena ditopang oleh harta umat Islam yang dibelanjakan kepada mereka.  Langkah-langkah kesadaran pentingnya penguasaan ekonomi sudah mulai dilakukan. Saatnya umat lebih memilih berbelanja produk UKM tetangganya, saudaranya, dan teman-temannya. Setiap Muslim perlu ikut andil dan berkorban demi kemandirian umat. Mulai hari ini setiap Muslim perlu mengubah mindset yang sejalan dengan hadits di atas, agar ia semakin bangga jika harta yang banyak ada di tangan orang-orang yang shaleh.  Setiap Muslim harus makin bersyukur jika yang kaya adalah saudara Muslimnya sendiri. Kekayaan di tangan Muslim yang shaleh akan membuahkan kebaikan dan kebaikan.

     Tentu saja kebangkitan perjuangan ekonomi akan terbaca oleh mereka yang kufur kepada Allah. Mereka terus berusaha menghancurkan reputasi pengusaha-pengusaha Muslim yang besar. Isu-isu penipuan atas dalih agama akan terus didengungkan, hingga tidak ada lagi kepercayaan di antara umat. Padahal mereka yang kufur kepada Allah dapat melakukan keburukan yang lebih dari itu. Character assassination akan menjadi senjata yang ampuh, jika umat berpikir jangka pendek. Hal yang sama juga akan terus terkado dalam perjuangan politik. Politisi-politisi Muslim idealis yang memiliki visi memuliakan Islam akan terus dirongrong dan dihancurkan, hingga umat Islam akan menganggap sama saja politisi Muslim dengan yang lainnya. 

     Tidak ada kata terlambat untuk melakukan perubahan. Kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Bersiap-siagalah dengan berbagai gonjang-ganjing yang akan ditemui. Saatnya umat Islam ikut bertanding di tengah lapangan sepakbola. Memang pertandingan ini akan melelahkan, atau bahkan ada yang cidera. Tetapi kemenangan sesungguhnya hanya dapat diraih oleh para pemain, bukan oleh penonton. Selamat berjuang saudaraku! Semua akan menjadi amal jariyahmu yang mengalirkan ganjaran tak terputus hingga hari perjumpaan kepada Allah.. Semoga Allah meridhai mujahadah umat Islam semuanya!

No comments:

Post a Comment