Wednesday, March 1, 2017

Mister Kalen: Sang Inspirator Kampung Inggris




Oleh: DR. Abdul Ghoni,M.Hum.

(Pengalaman berbincang bersama Mr. Kalen)
Bagian Pertama dari 2 Tulisan

Berasal jauh dari pedalaman suku Dayak tak menyurutkan jiwanya untuk terus melakukan perubahan dan berkontribusi sesuatu untuk Indonesia.

Awal kisah satu hari ada seorang penceramah yang diundang untuk memberikan taushiyah di kampung pedalaman suku Dayak, Kalimantan. Kalen muda hadir pada saat itu. Dengan semangatnya, sang penceramah memompa semangat masyarakat Dayak untuk mau berubah dan berubah. Tidak ketinggalan, si penceramah mengutip ayat “perubahan” yang berbunyi:

إنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib sesuatu kaum sehingga mereka merubah nasib mereka sendiri “.(Ar Ra’ad: 11)

Ayat tersebut begitu membekas pada diri Kalen yang kemudian ia pun memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu kepada sang penceramah. Di antara pertanyaan yang dikemukakan adalah; “Pak Ustadz belajar dimana sebelumnya?” pertanyaan tersebut kemudian dijawab; “saya sebelumnya belajar di Gontor”.

Dari acara tersebut, terus terbersit di benak Kalen muda bahwa ia harus belajar di Gontor. Padahal saat itu Kalen muda sudah menyelesaikan studi pada tingkat SMA, dan ia sedang bekerja. Mengingat keterbatasan kemampuan finansial kedua orangtuanya untuk bisa menyekolahkan anaknya di pesantren, maka Kalen muda berpikir bahwa ia harus mengumpulkan seluruh gajinya untuk bisa membiayai pendidikannya di pesantren Gontor.

Setelah kurang lebih 2 tahun bekerja, maka Kalen muda memutuskan untuk segera pergi ke Gontor dan belajar di sana. Sudah dapat ditebak mungkin Kalen muda menjadi murid yang sudah agak tua, karena memang Gontor menerima santri yang baru lulus SD. Akan tetapi bagi mereka yang sudah lanjut usia pun diperbolehkan belajar di Gontor dengan syarat siap mengikuti program apa adanya seperti yang lain.

Beberapa tahun Kalen muda belajar hingga dia berada di kelas 5 (satu tahun menjelang akhir kegiatan pembelajaran di Gontor). Problem klasik terkait dengan kebutuhan finansial kembali menerpa Kalen. Ia pun berada pada posisi tidak bisa memperpanjang nafas belajar di Gontor lagi. Namun sebagai santri yang baik, ia tidak ingin keluar begitu saja akan tetapi ingin pamitan dengan Pak Zar (Pimpinan Gontor yang juga termasuk perintis). Namun dari pengalaman para santri yang ingin keluar Gontor, kalau minta izin ke Pak Zar maka jawabannya akan selalu dilarang Pak Zar dan diminta tetap di Gontor. Dengan penuh rasa kekhawatiran tingkat tinggi, Kalen memaksakan diri menghadap Pak Zar dengan resiko siap menghadapi apapun yang terjadi. Ketika Kalen menghadap Pak Zar, ternyata respon Pak Zar agak berbeda dengan santri yang lain. Kepada Kalen, Pak Zar memberikan lecutan motivasi yang luar biasa dan diingat terus. Dengan lantang Pak Zar mengatakan; “Banyak orang yang di Gontor tidak sukses, tidak lulus, akan tetapi dia bisa sukses di luar”.

No comments:

Post a Comment