Euforia kebahagiaan muncul ketika harapan dan keinginan
sejalan dengan kenyataan. Usaha sekecil apapun membuahkan hasil yang memuaskan.
Maka dalam permainan sepak bola misalnya, club yang berpestapora di akhir laga
hanyalah sang juara. Jarang atau tidak pernah kebahagiaan itu dirasakan oleh
team yang kalah, baik di awal, pertengahan, bahkan di akhir laga sekalipun.
Mungkin ada selain sang juara yang ikut tertawa bahagia, tetapi itu hanya
sekedar untuk membahagiakan diri, meredam kekecewaan yang ada.
Tapi definisi euforia ini berbeda ketika panggung
kompetisinya berbeda. Jika yang pertama kebahagiaan itu terbatas hanya pada
siapa yang juara, maka ada kompetisi, siapapun yang memutuskan untuk menjadi
kompetitor di dalamnya, mereka tidak akan pernah mengalami kekalahan. Siapapun
yang ikut berkompetisi, di akhir laga mereka semua akan menyandang predikat
juara.
Kompetisi ini adalah Iman dan Amal Kebaikan. "tetapi
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal kebaikan, mereka itulah yang
memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka
kerjakan" (QS. Saba : 37). Kompetisi semacam ini tidak memunculkan siapa
kompetitor yang menang dan kalah, yang ada adalah berakhir sebagai kontestan
terbaik atau paling baik. Yang kalah hanyalah mereka yang tidak ikut dalam
kompetisi.
Berbahagialah orang yang memutuskan untuk ikut
berpartisipasi dalam kompetisi ini. Penghargaannya jelas. Semua pasti
memperoleh, hanya mungkin perlu yakin. Makanya kita lihat dalam sejarah perang
Tabuk, orang muslim dari kalangan miskin yang tidak bisa bergabung dengan
pasukan karena "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu",
mereka kembali ke rumah dengan menahan kesedihan, menangis sampai bercucuran
air mata.
Mereka sedih karena yakin bahwa, jika sampai tidak
berangkat ke Tabuk, berarti hilang kesempatan untuk mendapat predikat muslim
terbaik. Apalagi perang itu terjadi pada musim kemarau yang panas dan kering.
Jarang-jarang masyarakat Madinah kala itu keluar untuk sekedar menampakkan
diri. Terlebih intruksi keberangkatan perang ini diumumkan langsung oleh
Rasulullah SAW. Pasti ada nilai lebih.
Prinsip kompetisinya mungkin sama. Ada harapan di awal laga
dan ada kenyataan juara di akhirnya. Yang membedakan adalah, kompetisi Iman dan
Amal Kebaikan ini, tidak akan melahirkan kekecewaan, karena memang tidak ada
yang kalah.
"Sesungguhnya Allah
tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik" (QS. At-Taubah
: 120)
Maka mari kita mulai dari sekarang, memutuskan diri untuk
segera bergabung dalam kompetisi ini. Karena di posisi berapapun berakhir, kita
pasti akan mendapatkan sebaik-baik penghargaan.
Oleh : Hamdan.
No comments:
Post a Comment