Thursday, March 23, 2017

Pesan Kebangkitan di Balik Turunnya Hujan



Oleh: DR. Abdul Ghoni, M.Hum.

Belakangan ini musim hujan dan musim panas sudah hampir tidak sesuai kebiasaan. Hal ini oleh beberapa peneliti disebut sebagai dampak El Nino. Pada bulan Maret  2017 ini seharusnya sudah bukan musim penghujan, akan tetapi hujan masih dapat turun beberapa hari secara berturut-turut. Namun di sela-sela tingginya curah hujan
, tiba-tiba cuaca panas dengan suhu yang sangat tinggi. 

Terlepas dari itu semua, sesungguhnya hujan adalah bagian dari pesan-pesan yang Allah sampaikan melalui kejadian alam yang juga perlu dibaca, dipahami, ditadabburi dan diinternalisasikan oleh setiap pribadi Muslim sebagaimana seorang Muslim membaca, memahami, mentadabburi dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an (Ayat Qauliyah) 

Pesan awal dari kejadian alam ini adalah bahwa hujan tidak terjadi dengan sendirinya. Allah yang sepenuhnya mengatur turun atau tidaknya hujan di muka bumi. Jika Allah berkehendak maka turunlah hujan di satu daerah, sebaliknya jika Allah tidak menghendaki maka daerah tersebut akan mengalami kekeringan tanpa hujan sedikitpun. Pada zaman Nabi Yusuf, Allah menurunkan musim hujan selama 7 tahun kemudian  menggantinya dengan musim kemarau panjang juga selama 7 tahun. Oleh karena itu, Nabi Yusuf memerintahkan agar penduduk Mesir lebih rajin menanam dan menyimpan sebagian hasilnya untuk menyambut musim kemarau yang sangat panjang . Hal tersebut digambarkan pada surat Yusuf ayat 47-50.

Dalam surat al-Furqon: 50 juga dijelaskan bagaimana hujan itu dalam pengaturan Allah dengan dipergilirkannya hujan dari satu daerah ke daerah lainnya.
وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَىٰ أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا
Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).

Dengan demikian, hujan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Tetapi hujan adalah peristiwa alam yang diatur oleh Allah dengan penuh kesempurnaan sehingga kehadirannya menjamin keberlangsungan hidup umat manusia. 

Betapa sempurnanya hujan yang Allah turunkan ke bumi digambarkan dalam surat al-A’raf ayat 57 dan surat Fathir ayat 9. Dalam kedua ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menurunkan hujan diawali dengan meniupkan angin sehingga dapat menggerakkan awan yang mendung ke satu daerah. Keberadaan angin sendiri adalah sesuatu yang menarik untuk terus didalami. Angin adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat wujudnya, akan tetapi keberadaannya tidak dapat dinegasikan mengingat adanya gerakan pada benda yang terkena tiupan angin. Tentu saja semakin besar benda yang digerakkan menunjukkan semakin besar kekuatan angin yang menggerakkannya. Nah, bagaimana dengan besarnya kekuatan angin meniupkan awan? Awan sendiri menurut Harun Yahya dapat memuat uap air ribuan hingga jutaan ton. Hal ini mengisyaratkan betapa besarnya kekuatan angin yang dapat menggerakkan awan. 

Hal menakjubkan lain yang disebutkan Harun Yahya dalam fenomena hujan adalah rasa tawar yang ada pada air hujan. Padahal 97% air yang menjadi uap dan berkumpul di awan berasal dari air laut yang asin bercampur dengan cairan lain yang memimiliki keragaman rasa. Akan tetapi rasa itu berubah 100% sehingga semua air hujan yang Allah turunkan ke bumi berubah rasa menjadi tawar. Di sinilah kekuasaan Allah yang telah mengubah rasa asin air laut menjadi tawar dalam bentuk air hujan.

Selain itu, fenomena air laut menjadi uap juga menunjukkan kebesaran dan keagungan Allah. Jika untuk menguapkan air saja, perlu dididihkan terlebih dahulu di atas kompor hingga mencapai suhu 100 derajat celcius. Tidak terbayangkan berapa besar kekuatan panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air laut hingga berkumpul menjadi awan, yang semua itu cukup dengan adanya matahari. Panas yang tinggi untuk menguapkan air laut juga tidak terasa terlalu panas pada diri manusia. Jika memang panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air laut sama dengan panasnya menguapkan air hingga mendidih, maka lagi-lagi manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya.

Dari catatan di atas, setidaknya ada 3 fenomena yang luar biasa pada saat hujan turun. Fenomena pertama dengan kekuatan angin yang Allah tiupkan untuk menggerakkan awan. Fenomena kedua dengan kekuatan panas yang Allah anugerahkan kepada mata hari sehingga bisa menjadikan air laut menguap. Fenomena ketiga, adanya perubahan rasa asin air laut yang menguap yang menjadi air hujan dengan rasa tawar.  Namun demikian tentu saja masih banyak lagi penjelasan keagungan Allah bagi setiap orang yang mau mentadabburi Ayat Kauniyah tentang hujan ini. 

Di antara tadabbur ayat yang dapat dilakukan adalah mengetahui manfaat yang luar biasa ketika Allah menurunkan hujan. Dalam surat al-A’raf ayat 57 dijelaskan bahwa datangnya hujan adalah sumber kegembiraan bagi manusia yang dimulai ketika angin meniupkan awal ke daerah tertentu. Betapa tidak, sungguh sangat sulitnya kehidupan manusia ketika hujan sudah lama tidak turun. Tanah menjadi kering dan tandus sehingga tidak dapat ditanami. Hewan-hewan mati kelaparan karena tidak ada tanaman yang dapat dimakan. Manusia pun pada gilirannya mengikuti antrian berikutnya karena tidak dapat bertahan hidup tanpa air. Puncak dari kekeringan sebagai sebuah ujian pun dapat menimbulkan sifat putus asa pada manusia, karena beratnya beban kehidupan yang ditimbulkan tanpa air hujan. Betapa urgennya hujan bagi kehidupan manusia semakin dirasakan ketika Islam memerintahkan umatnya menunaikan shalat Istisqa’ untuk memohon kepada Allah agar menurunkan hujan ke bumi. Sementara ketiadaan anugerah yang lain, tidak sampai ada ibadah shalat khusus yang diperintahkan untuk memohon kehadirannya.

Ketika hal yang sangat vital dalam kehidupan lama tidak terpenuhi, kemudian pada saatnya Allah menurunkan hujan, maka manusia akan merasakan kegembiraan yang luar biasa. Dengan adanya hujan maka harapan hidup kembali terbuka. Melalui air hujan, Allah menyuburkan tanah, kemudian menghidupkan biji-bijian dan tanaman. Adanya tanaman akan memberikan kelangsungan hidup bagi hewan-hewan peliharaan manusia. Adanya hewan dan tumbuhan di muka bumi pun bagian dari nikmat yang Allah peruntukkan bagi manusia.

Rasa tawarnya air hujan yang Allah turunkan memberikan nikmat tersendiri sehingga dapat menjadi minuman bagi manusia. Hal tersebut disebutkan dalam surat an-Nahl ayat 10. Doug Pushard dalam tulisannya “Potable Rainwater: Filtration and Purification” menjelaskan bahwa air hujan sama baiknya dengan air sumur atau air keran yang dapat diminum secara langsung. Jikapun ingin digunakan di dalam rumah cukup ditambahkan dengan alat penjernih air (purifier).

Namun demikian ada pesan yang lebih tinggi lagi dari peristiwa turunnya hujan ke muka bumi. Gambaran yang dahsyat tadi adalah media bagaimana Allah ingin memberikan pesan yang lebih mendasar kepada umat manusia dan itu menjadi tujuan dari ayat kauniyah yang Allah turunkan. Pesan mendasar pertama yang Allah ingin sampaikan adalah bahwa ada kehidupan setelah kematian manusia. Hari di mana manusia dibangkitkan kembali dari kubur adalah keniscayaan dan sama sederhananya dengan tanaman yang kembali hidup setelah mati sepanjang musim kemarau yang panjang. 

Di akhir surat al-A’raf ayat 57, Allah berfirman:

كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,
mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran

Dari ayat tersebut seorang Muslim diharapkan bukan hanya berpikir secara mendalam tentang dahsyatnya fenomena turunnya hujan dengan berbagai desain dan proses yang begitu sempurna, akan tetapi lebih dari itu ia diharapkan mampu bertafakkur lebih jauh untuk semakin meyakini bahwa hari kebangkitan pasca kematian adalah sesuatu yang niscaya terjadi. Setiap kali turun hujan hendaknya mereka mengingat bahwa mereka akan hidup kembali setelah mati, dan kehidupan itu adalah kehidupan yang sesungguhnya di mana manusia akan menjadi hidup sesuai dengan kualitas mereka masing-masing saat hidup di dunia sebelumnya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat az-Zumar

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).

Hujan turun yang menumbuhkan kembali tanaman yang sudah lama mati sama dengan kehendak Allah melalui tiupan sangkakala yang menghidupkan kembali manusia yang sudah mati. Dengan demikian dapat dipahami secara mendalam bahwa ada pesan kebangkitan di balik turunnya hujan dari langit.

No comments:

Post a Comment