Oleh: DR. Abdul Ghoni, M.Hum.
Belakangan ini musim hujan
dan musim panas sudah hampir tidak sesuai kebiasaan. Hal ini oleh beberapa
peneliti disebut sebagai dampak El Nino. Pada bulan Maret 2017 ini
seharusnya sudah bukan musim penghujan, akan tetapi hujan masih dapat turun
beberapa hari secara berturut-turut. Namun di sela-sela tingginya curah hujan
, tiba-tiba cuaca panas dengan suhu yang sangat tinggi.
, tiba-tiba cuaca panas dengan suhu yang sangat tinggi.
Terlepas dari itu semua,
sesungguhnya hujan adalah bagian dari pesan-pesan yang Allah sampaikan melalui
kejadian alam yang juga perlu dibaca, dipahami, ditadabburi dan
diinternalisasikan oleh setiap pribadi Muslim sebagaimana seorang Muslim
membaca, memahami, mentadabburi dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an (Ayat
Qauliyah)
Pesan awal dari kejadian
alam ini adalah bahwa hujan tidak terjadi dengan sendirinya. Allah yang
sepenuhnya mengatur turun atau tidaknya hujan di muka bumi. Jika Allah
berkehendak maka turunlah hujan di satu daerah, sebaliknya jika Allah tidak
menghendaki maka daerah tersebut akan mengalami kekeringan tanpa hujan
sedikitpun. Pada zaman Nabi Yusuf, Allah menurunkan musim hujan selama 7 tahun
kemudian menggantinya dengan musim kemarau panjang juga selama 7 tahun.
Oleh karena itu, Nabi Yusuf memerintahkan agar penduduk Mesir lebih rajin
menanam dan menyimpan sebagian hasilnya untuk menyambut musim kemarau yang
sangat panjang . Hal tersebut digambarkan pada surat Yusuf ayat 47-50.
Dalam surat al-Furqon: 50
juga dijelaskan bagaimana hujan itu dalam pengaturan Allah dengan
dipergilirkannya hujan dari satu daerah ke daerah lainnya.
وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَىٰ أَكْثَرُ
النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا
Dan sesungguhnya Kami telah
mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran
(dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari
(nikmat).
Dengan demikian, hujan
bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Tetapi hujan adalah peristiwa
alam yang diatur oleh Allah dengan penuh kesempurnaan sehingga kehadirannya
menjamin keberlangsungan hidup umat manusia.
Betapa sempurnanya hujan
yang Allah turunkan ke bumi digambarkan dalam surat al-A’raf ayat 57 dan surat
Fathir ayat 9. Dalam kedua ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menurunkan
hujan diawali dengan meniupkan angin sehingga dapat menggerakkan awan yang
mendung ke satu daerah. Keberadaan angin sendiri adalah sesuatu yang menarik
untuk terus didalami. Angin adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat wujudnya,
akan tetapi keberadaannya tidak dapat dinegasikan mengingat adanya gerakan pada
benda yang terkena tiupan angin. Tentu saja semakin besar benda yang digerakkan
menunjukkan semakin besar kekuatan angin yang menggerakkannya. Nah, bagaimana
dengan besarnya kekuatan angin meniupkan awan? Awan sendiri menurut Harun Yahya
dapat memuat uap air ribuan hingga jutaan ton. Hal ini mengisyaratkan betapa
besarnya kekuatan angin yang dapat menggerakkan awan.
Hal menakjubkan lain yang
disebutkan Harun Yahya dalam fenomena hujan adalah rasa tawar yang ada pada air
hujan. Padahal 97% air yang menjadi uap dan berkumpul di awan berasal dari air
laut yang asin bercampur dengan cairan lain yang memimiliki keragaman rasa.
Akan tetapi rasa itu berubah 100% sehingga semua air hujan yang Allah turunkan
ke bumi berubah rasa menjadi tawar. Di sinilah kekuasaan Allah yang telah
mengubah rasa asin air laut menjadi tawar dalam bentuk air hujan.
Selain itu, fenomena air
laut menjadi uap juga menunjukkan kebesaran dan keagungan Allah. Jika untuk
menguapkan air saja, perlu dididihkan terlebih dahulu di atas kompor hingga
mencapai suhu 100 derajat celcius. Tidak terbayangkan berapa besar kekuatan
panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air laut hingga berkumpul menjadi awan,
yang semua itu cukup dengan adanya matahari. Panas yang tinggi untuk menguapkan
air laut juga tidak terasa terlalu panas pada diri manusia. Jika memang panas
yang dibutuhkan untuk menguapkan air laut sama dengan panasnya menguapkan air
hingga mendidih, maka lagi-lagi manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya.
Dari catatan di atas,
setidaknya ada 3 fenomena yang luar biasa pada saat hujan turun. Fenomena
pertama dengan kekuatan angin yang Allah tiupkan untuk menggerakkan awan.
Fenomena kedua dengan kekuatan panas yang Allah anugerahkan kepada mata hari
sehingga bisa menjadikan air laut menguap. Fenomena ketiga, adanya perubahan
rasa asin air laut yang menguap yang menjadi air hujan dengan rasa tawar.
Namun demikian tentu saja masih banyak lagi penjelasan keagungan Allah
bagi setiap orang yang mau mentadabburi Ayat Kauniyah tentang hujan ini.
Di antara tadabbur ayat
yang dapat dilakukan adalah mengetahui manfaat yang luar biasa ketika Allah
menurunkan hujan. Dalam surat al-A’raf ayat 57 dijelaskan bahwa datangnya hujan
adalah sumber kegembiraan bagi manusia yang dimulai ketika angin meniupkan awal
ke daerah tertentu. Betapa tidak, sungguh sangat sulitnya kehidupan manusia
ketika hujan sudah lama tidak turun. Tanah menjadi kering dan tandus sehingga
tidak dapat ditanami. Hewan-hewan mati kelaparan karena tidak ada tanaman yang
dapat dimakan. Manusia pun pada gilirannya mengikuti antrian berikutnya karena
tidak dapat bertahan hidup tanpa air. Puncak dari kekeringan sebagai sebuah
ujian pun dapat menimbulkan sifat putus asa pada manusia, karena beratnya beban
kehidupan yang ditimbulkan tanpa air hujan. Betapa urgennya hujan bagi
kehidupan manusia semakin dirasakan ketika Islam memerintahkan umatnya
menunaikan shalat Istisqa’ untuk memohon kepada Allah agar menurunkan hujan ke
bumi. Sementara ketiadaan anugerah yang lain, tidak sampai ada ibadah shalat
khusus yang diperintahkan untuk memohon kehadirannya.
Ketika hal yang sangat
vital dalam kehidupan lama tidak terpenuhi, kemudian pada saatnya Allah
menurunkan hujan, maka manusia akan merasakan kegembiraan yang luar biasa.
Dengan adanya hujan maka harapan hidup kembali terbuka. Melalui air hujan,
Allah menyuburkan tanah, kemudian menghidupkan biji-bijian dan tanaman. Adanya
tanaman akan memberikan kelangsungan hidup bagi hewan-hewan peliharaan manusia.
Adanya hewan dan tumbuhan di muka bumi pun bagian dari nikmat yang Allah
peruntukkan bagi manusia.
Rasa tawarnya air hujan
yang Allah turunkan memberikan nikmat tersendiri sehingga dapat menjadi minuman
bagi manusia. Hal tersebut disebutkan dalam surat an-Nahl ayat 10. Doug Pushard
dalam tulisannya “Potable Rainwater: Filtration and Purification” menjelaskan
bahwa air hujan sama baiknya dengan air sumur atau air keran yang dapat diminum
secara langsung. Jikapun ingin digunakan di dalam rumah cukup ditambahkan
dengan alat penjernih air (purifier).
Namun demikian ada pesan
yang lebih tinggi lagi dari peristiwa turunnya hujan ke muka bumi. Gambaran
yang dahsyat tadi adalah media bagaimana Allah ingin memberikan pesan yang
lebih mendasar kepada umat manusia dan itu menjadi tujuan dari ayat kauniyah
yang Allah turunkan. Pesan mendasar pertama yang Allah ingin sampaikan adalah
bahwa ada kehidupan setelah kematian manusia. Hari di mana manusia dibangkitkan
kembali dari kubur adalah keniscayaan dan sama sederhananya dengan tanaman yang
kembali hidup setelah mati sepanjang musim kemarau yang panjang.
Di akhir surat al-A’raf
ayat 57, Allah berfirman:
كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Seperti itulah Kami membangkitkan
orang-orang yang telah mati,
mudah-mudahan kamu mengambil
pelajaran
Dari ayat tersebut seorang
Muslim diharapkan bukan hanya berpikir secara mendalam tentang dahsyatnya
fenomena turunnya hujan dengan berbagai desain dan proses yang begitu sempurna,
akan tetapi lebih dari itu ia diharapkan mampu bertafakkur lebih jauh untuk
semakin meyakini bahwa hari kebangkitan pasca kematian adalah sesuatu yang
niscaya terjadi. Setiap kali turun hujan hendaknya mereka mengingat bahwa mereka
akan hidup kembali setelah mati, dan kehidupan itu adalah kehidupan yang
sesungguhnya di mana manusia akan menjadi hidup sesuai dengan kualitas mereka
masing-masing saat hidup di dunia sebelumnya.
Sebagaimana Allah berfirman
dalam surat az-Zumar
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي
الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ
قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
Dan ditiuplah sangkakala, maka
matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.
Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu (putusannya masing-masing).
Hujan turun yang
menumbuhkan kembali tanaman yang sudah lama mati sama dengan kehendak Allah
melalui tiupan sangkakala yang menghidupkan kembali manusia yang sudah mati.
Dengan demikian dapat dipahami secara mendalam bahwa ada pesan kebangkitan di
balik turunnya hujan dari langit.
No comments:
Post a Comment