Oleh : Hamzah Asadudin
Saatnya
bertanya pada diri, aku kah ahli dunia, atau aku si ahli akhirat.
Dengan mengesampingkan terlebih dahulu deklarasi diri, mungkin terlebih
dahulu aku menganalisa kembali, siapa aku? dalam sebenar-benarnya aku.
Mungkin
jika ditanya, semua manusia pasti ingin akhirat yang sempurna, begitu
juga aku, inginkan surga tanpa siksa, dan neraka. Namun seringnya aku,
yang membiarkan diriku tak mengenali apa sebenarnya syarat2 disana. Atau
bahkan membiarkanku mengerti tanpa eksekusi dalam perbaikan diri.
Seseorang seperti itukah aku? Yang mengatakan beribu kata "nanti" untuk
akhirat?
Ah, itu terlalu
rumit, aku mungkin akan menyederhanakan analisa ini dengan cerita.
mungkin boleh kuulang kisah, jelmaan pintu pengetahuan, sayyidina Ali
radhiyAllahu anhu.
Ketika diucap satu tanya dari tamunya.
Ttg cara menemukan apakah kau si ahli dunia dan juga apakah termasuk ahli akhirat?
Apa jawab Ali sang sahabat Rosul?
Sambil menatap si penanya, Ali menjawab : "Lihatlah pada diri dia sendiri".
Lalu datang penjelasan pamungkas, yang nantinya akan dikenang dan diabadikan oleh Islam, dan nantinya sampai padaku.
Jikalau datang padanya seseorang membawa sesuatu untuknya, dan yang lain datang meminta sesuatu dari dia.
Kemudian tanyalah pada dirinya, apa yang dia rasa.
Maka
ketika dirinya lebih cinta, bahagia, senang ketika diberi, ketimbang
datang seseorang padanya meminta, maka dia termasuk ahli dunia.
Namun
ketika cintanya lebih besar terhadap datangnya seseorang yang meminta
padanya, ialah si ahli akhirat, disebabkan telah datangnya sebuah
tabungan untuk akhiratnya kelak.
Bersebab cinta yang akan menjadi pembeda dari dua sisi ini. Dimana berbentuk rasa yang akan menjadi pembanding dunia akhirat.
Dan di akhir cerita, aku duduk mencari aku di kisah sederhana tersebut, dalam satu pembanding sederhana itu, dan merenung.
#friend
No comments:
Post a Comment