Thursday, October 12, 2017

Tiga Pengetahuan Prioritas Bagi Manusia


Abdul Majid Az-Zindany dalam bukunya “Al-Iman” menyebutkan ada tiga skala prioritas ilmu yang harus dikuasai seseorang yang beriman kepada Allah. Skala prioritas ini sangat penting mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada. Bukankah setiap orang memiliki waktu yang terbatas, dana yang terbatas, dan energi yang terbatas? Segala keterbatasan tersebut hendaknya diiringi dengan kebijakan manusia dalam menentukan skala prioritas termasuk dalam memilih ilmu yang harus ia pelajari.

 
Prioritas pertama adalah ilmu bagaimana seseorang mengenal Allah SWT. Pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap Muslim adalah apakah ia sudah mengenal Allah? Ketundukan seseorang kepada Allah ditentukan oleh sejauh mana ia mengenal Allah. Pengenalan terhadap Allah tidak hanya secara global, akan tetapi ia mengenalnya secara rinci. Misalnya, ilmu tentang betapa kasih sayangnya Allah kepada manusia. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik. 
Sebagaimana disebutkan dalam surat at-Tin: 4, bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna. Bentuk yang ada pada manusia saat ini, itulah yang terbaik dan tidak ada bandingannya. Setiap ijtihad perubahan yang dilakukan, pasti lebih buruk adanya. Kasih sayang Allah yang lain, bahwa setiap makhluk Allah yang lain diciptakan demi kebutuhan dan kemaslahatan hidup manusia. Allah sudah menyiapkan berbagai anugerah-Nya dari manusia pertama sampai manusia yang terakhir. Meskipun umat Nabi Muhammad adalah umat terakhir, akan tetapi mereka tetap kebagian rezeki. Masih ada begitu banyak ilmu yang membawa setiap orang untuk mengenal Allah SWT baik melalui ayat Qauliyah maupun ayat Kauniyah.

Prioritas kedua adalah ilmu mengenal Rasul Allah. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, maka sudah seyogyanya sangat mengenal Rasulullah sebagai figur teladan yang sudah dijamin kebenarannya. Rasul, manusia yang lisannya dibimbing oleh wahyu Allah. Rasul, yang dipuji oleh Allah segala tindak-tanduk dan akhlaknya. Sesuatu yang ironi ketika seorang Muslim mengenal biografi seseorang dengan baik, tetapi tidak kenal siapa Rasulullah. Mengenal Rasulullah sejak kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga beliau mendapatkan amanah risalah, harus menjadi pengetahuan biografi terbaik bagi setiap Muslim. Rasul adalah figur teladan yang kebenarannya dijamin oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam surat al-Ahzab: 21.

Prioritas ketiga adalah ilmu manusia untuk mengenal dirinya sendiri. Manusia perlu memahami betul dari mana ia berasal, di mana sekarang ia berada, dan kemana ia kelak akan berjalan. Manusia perlu memahami asal-usulnya dan bagaimana proses penciptaan dirinya sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an

Manusia juga harus mengetahui di mana ia berada saat ini. Kehidupan manusia selama 60 atau 70 tahun di dunia ternyata hanya sebagian kecil dari perjalanan panjang yang akan dijalani. Sebut saja alam qubur yang dijalani hingga hari kebangkitan, ternyata fasenya berlipat-lipat jauh lebih lama. Para sahabat Rasulullah berarti sudah menjalani kehidupan alam qubur selama kurang lebih 1400 tahun lamanya. Bagaimana dengan manusia zaman Nabi Adam seperti Qabil dan Habil, berarti sudah  lebih dari ratusan ribu tahun lamanya menjalani alam qubur. Kehidupan dunia jika dibandingkan dengan alam qubur saja tidak seberapa, apalagi dibandingkan dengan perjalanan panjang berikutnya. Maka sangat tidak logis dalam kehidupan yang singkat ini, manusia menghalalkan segala cara demi memuaskan keinginan dan dorongan hawa nafsunya dengan resiko mengorbankan kehidupan yang jauh-jauh lebih panjang lagi. Sebaliknya, sangat logis jika manusia sangat berhati-hati menjalani kehidupan yang 60-70 tahun ini dengan memastikan kehalalan rezekinya, memohon ampunan atas segala kesalahannya, meminta maaf atas setiap kezhaliman yang ia lakukan sesama manusia, bahkan ia berusaha melakukan hal-hal yang besar untuk umat manusia, hingga ia mendapatkan kehidupan yang penuh kebahagiaan pada fase-fase berikutnya.

Dalam menjalani kehidupan yang riil, seseorang yang mengenal betapa agung dan kasih sayangnya Allah akan merasa malu jika di dalam dirinya masih terbersit sifat-sifat kekufuran dan kesombongan. Nikmat apa yang hendak didustakan, jika sedikit saja nikmat yang diambil, manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya. Apa yang hendak disombongkan, jika ternyata manusia bukanlah pemilik sebenarnya atas semua yang ada dalam genggaman. Salah satu yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa manusia tidak dapat menolak sedikitpun, jika dalam sekejap semua yang ada dalam genggamannya diambil kembali oleh Allah sebagai Pemilik Sejati. Tidak ada yang bisa menolak dan mengatakan “tidak” jika tiba-tiba di pagi hari saat ia terbangun, apa yang kemarin menjadi miliknya tiba-tiba menghilang. Lebih dari itu, manusia pun bukanlah pemilik atas dirinya sendiri, apalagi sesuatu yang ada di luar dirinya. 

Jika seseorang mengenal biografi Rasulullah secara rinci maka ia akan mencintai dan mengidolakannya. Ia akan selalu berkaca kepada apa yang dilakukan Rasul ketika ia hendak melakukan sesuatu. Salah satu contohnya adalah bahwa sejak sebelum menjadi Rasul, beliau sudah terkenal dengan kejujurannya. Di usia yang masih sangat belia, 20 tahun, beliau sudah dilibatkan dalam sebuah musyawarah besar Bangsa Quraisy yang disebut dengan peristiwa Hilf al-Fudhul. Dalam istilah sekarang, sejak remaja dan muda, Rasulullah adalah seorang altruis. Sosok manusia altruis adalah seseorang yang sudah terkenal dengan kebaikan dan kebenarannya. Tipe orang seperti inilah yang menurut Plato dalam bukunya “Republic” sebagai seseorang yang layak menjadi pemimpin sejati umat manusia. Berikutnya bagaimana Rasul dengan penuh kesabaran memikul tanggungjawab risalah dari seorang diri kemudian satu-persatu mendatangi objek dakwahnya. Suri tauladan yang baik, akhlak beliau yang agung, dan kelapangan jiwa yang beliau miliki, kesemua itu sungguh melampaui segala kebaikan pada masanya. Fitrah manusia yang universal akan tersentuh dengan seluruh rangkaian cerita hidup Rasulullah.
Tidak terbayangkan saat keluar rumah, seseorang kehilangan arah dan tujuan kemana ia berjalan! Dalam sekejap ia akan dilanda oleh kebingungan tingkat tinggi. Pikirannya tidak lagi jernih. Berbagai persoalan akan mengemuka saat itu. Pada akhirnya ia terpaku berdiam diri tidak dapat melangkahkan kakinya.Dalam hitungan menit dan jam saja, seseorang akan mengalami kegalauan yang luar biasa ketika ia tidak tahu kemana ia akan berjalan. Bagaimana dengan seseorang yang menjalani hidup berpuluh-puluh tahun, ketika ia tidak tahu di mana ia sekarang, kemana ia akan berjalan, dan apa tujuan akhir yang hendak dicapai dalam perjalanan panjang ini. itulah mengapa manusia perlu mengenal dirinya sendiri dan apa yang harus mereka perankan selama dalam perjalanan.

Pengenalan terhadap Allah, Rasulullah dan pengenalan manusia terhadap dirinya sendiri menjadi bekalan ilmu prioritas demi mencapai kesuksesan sejati di dunia saat ini, dan di akhirat nanti. Yuk perdalam ketiga ilmu tersebut dari waktu ke waktu….

No comments:

Post a Comment