Seperti
halnya sebuah turbin pembangkit listrik, yang tak pernah berhenti berputar
hingga membuat lampu itu terus menyala, sebab energi itu mampu tercipta
dikarenakan ada gerak yang tak henti menyertainya. Begitu pula amal yang terus
bergerak hingga menciptakan rona kebaikan bagi sang pelakunya. meski ruh
tersebut telah meninggalkan jasadnya, namun amal lah yang membuatnya abadi
untuk dikenang.
Setelah
diri memutuskan untuk hadir dalam gerak amal, maka jangan biarkan ia kembali
dan berhenti. Karena, berhenti akan membuat diri sulit untuk kembali memulai.
Karena, berbalik arah, berarti melawan arus langkah menjadi semakin jauh dari
kesejatiannya. Karena sejatinya, dunia adalah ladang amal dalam persiapan bekal
kehidupan akhirat. Seperti halnya Allah SWT menegaskan dalam kalam-Nya, “...
Dia yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia dapat menguji kamu, siapa
diantaramu yang paling baik amalnya.” (QS. Al-Mulk : 2) Maka, pantang bagi
seorang muslim untuk berhenti stagnan tak berbuat apa-apa. Bergeraklah
maka kau akan menikmatinya, beramal lah maka kau akan memetik hasilnya
Dalam syairnya, Imam Syafi’i berpesan “Ketika engkau di
jalan yang benar menuju Allah, maka berlarilah. Jika sulit.bagimu, maka berlari
kecilah. Jika kamu lelah, berjalanlah. Jika tak mampu, merangkaklah. Namun,
jangan pernah berbalik arah atau berhenti.
Jangan biarkan pula sisa harapmu akan kebahagiaan sejati
negeri akhirat berujung sesal, karena kurangnya amalmu. Karena, seluruh amal
tersebut ada dan terpantau dalam jangkauanNya. Maka, jadikanlah orientasinya
Lillah semata. Ialah cerminan seorang mukmin, tatkala beramal shalih namun
hatinya terus jernih, penuh harap akan rahmatNya namun cemas akan dosa, murka,
dan siksaNya. Maka kita patut cemburu pada mukmin yang fasih beramal tapi gagap
bicara tentang kesahalihannya, yang menabung senyum syurga meski dunia tak
meliriknya.
Dalam titian amal,
Zulfa Nabilah
No comments:
Post a Comment