Manusia adalah
satu-satunya 'makhluk melata' yang diciptakan Alloh SWT sebagai makhluk paling
lemah fisiknya. Sejak awal sampai akhir hidupnya, manusia selalu membutuhkan
orang lain. Seorang bayi bernama manusia, tidak bisa berjalan sendiri mencari
makan ketika 'induknya' tidak memberi makan. Begitu juga sesosok mayat bernama
manusia, tidak mungkin berjalan mencari makam sendiri ketika orang hidup membiarkannya.
Jika terhadap
makhluk yang sama-sama lemah manusia butuh, apalagi terhadap zat yang Maha
Perkasa, zat yang Maha Berdiri Sendiri. Mau tidak mau, disadari atau tidak,
manusia sangat butuh kepada Alloh SWT. Maka Ia mengisyaratkan kepada kita dalam
kitab-Nya :
ياَ أيَهُّاَ الناَّسُ أنَتْمُُ الفْقُرَاَءُ
إلِىَ اللهَِّۖ وَاللهَُّ هُوَ الغْنَيُِّ الحَْميِدُ
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan
Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS.
Fatir : 15)
Seringkali
manusia lupa dengan sifat dasar yang mereka miliki. Mereka merasa bisa melakukan
segala sesuatu tanpa orang lain, dan menganggap punya kemampuan dengan melupakan
kuasa Alloh SWT.
ثۚمَُّ
إذِاَ خَوَّلنْاَه نُعِمْةًَ مِناَّ قاَلَ إنِمَّاَ أوُتيِتهُُ عَلىَٰ عِلمٍْ
kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami
ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena
kepintaranku". (QS. Az-Zumar : 49)
Begitu juga
sikap yang menjadi sejarah yang melekat pada Qorun. Manusia yang terlalu
sombong dengan dirinya, mengira bahwa kekayaan yang melimpah adalah hasil dari
usaha dan kepintarannya sendiri. Maka akhirnya dia dan hartanya dibenamkan oleh
Alloh SWT ke dalam tanah.
Sikap ini juga
pernah menjadi sejarah pahit bagi kaum muslimin. Walaupun pada akhirnya menang,
pasukan Hunain yang terdiri dari manusia-manusia mulia itu mengalami keadaan
yang kacau di awal peperangan. Sampai digambarkan dalam Al-qur'an, seakan-akan
bumi yang luas menjadi sempit ketika itu. Keadaan itu terjadi karena jumlah
pasukan yang sangat besar telah menipu dan menghilangkan peran Alloh SWT.
"kita tidak akan kalah. Jumlah kita banyak" kata seorang sahabat
Rosul.
Jika sifat
jemawa ini tidak juga layak bagi manusia-manusia mulia seperti Sahabat, apalagi
bagi kita. Jangan sampai kita terlena, terlalu yakin dengan kemampuan diri
sehingga lupa dan menghilangkan peran Alloh SWT.
Oleh: Hamdan
No comments:
Post a Comment