Thursday, February 9, 2017

TIDUR MINIATUR KEMATIAN



Salah satu pesan yang disampaikan Rasulullah kepada umatnya adalah untuk memperbanyak mengingat kematian. Ada yang mengatakan bahwa kematian adalah awal mula kehidupan yang sebenarnya dimulai. Kematian selalu datang dan diiringi dengan penyesalan. Orang yang mengisi kehidupannya dengan banyak berbuat maksiat kepada Alloh, maka ia akan merasakan penyesalan yang tiada tara.
Orang yang baik sekalipun pun akan menyesal mengapa hanya sebatas itu kebaikan yang ia bisa lakukan, padahal kesempatan untuk melakukan kebaikan yang lebih besar terbuka lebar dalam hidupnya. Hal tersebut diisyaratkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi;

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُوتُ إِلَّا نَدِمَ قَالُوا وَمَا نَدَامَتُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ

قَالَ إِنْ كَانَ مُحْسِنًا نَدِمَ أَنْ لَا يَكُونَ ازْدَادَ

وَإِنْ كَانَ مُسِيئًا نَدِمَ أَنْ لَا يَكُونَ نَزَعَ.

Rasulullah bersabda: “Tidak ada seorangpun yang meninggal dunia kecuali

dia merasa menyesal.” Para sahahat bertanya: “apa penyesalannya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Jika orang baik dia menyesal kenapa tidak menambah (kebaikannya) dan jika orang jahat dia menyesal kenapa tidak melepaskan (kejahatannya).”

Ketika Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk memperbanyak mengingat kematian, sebenarnya secara tersirat Allah sudah menyiapkan media agar setiap manusia mengingat kematian dalam kesehariannya. Media mengingat kematian yang Allah siapkan tersebut adalah aktivitas tidur, kegiatan sehari-hari yang mengiringi seluruh rangkaian perjalanan hidup manusia. Mari kita perhatikan firman Alloh SWT berikut ini:

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Allah mewafatkan jiwa (orang) pada saat kematiannya tiba
dan (memegang) jiwa (orang) yang belum matidi waktu tidurnya;
maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya
dan Dia melepaskan jiwa yang lain (mengembalikan jiwa ke jasad)
sampai waktu yang ditentukan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (Az-Zumar: 42).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menggunakan kata kerja yang sama yakni;  “yatawaffa” antara orang yang mati dan tidur. Perbedaan antara keduanya adalah pada apa yang Allah lakukan setelah “yatawaffa”;  bagi orang yang sudah saat ajalnya tiba, maka Allah menahan atau menggenggam jiwa atau ruhnya dan tidak mengembalikannya kembali ke dalam jasad. Sementara bagi orang yang tidur, Allah mengembalikan ruh tersebut ke dalam jasad setelah diwafatkannya. Dengan demikian sebenarnya dalam keseharian, aktivitas kita berisi tidur dan bangun, yang dalam bahasa al-Qur’an adalah aktivitas mati dan aktivitas hidup yang berlangsung terus-menerus, hingga saatnya Allah mematikan kita tanpa menghidupkannya kembali dengan menahan ruh yang sudah diwafatkan.

Ayat Kauniyah tidur yang berisi pesan kematian juga sejalan dengan doa yang Rasulullah ajarkan pada saat kita hendak tidur, sebagaimana tercantum dalam hadits Muslim berikut ini:

عن ‏ ‏البراء رضي الله عنه‏ أن النبي ‏ ‏صلى الله عليه واله وسلم ‏ ‏كان إذا أخذ مضجعه

قال‏اللهم باسمك أحيا وباسمك أموت
Dari sahabat al-Barra’ bahwasanya Rasulullah jika hendak tidur beliau berdoa

“Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan dengan nama-Mu ya Allah aku mati”.

Mari kita perhatikan redaksi doa di atas, yang ternyata tidak menggunakan bahasa “Dengan nama-Mu ya Allah aku bangun dan aku tidur”, akan tetapi redaksi yang digunakan adalah “ahya” yang berarti; aku hidup dan “amutu” yang berarti; aku mati. Jika setiap mereka yang berdoa saat hendak tidur dan memahami maknanya, maka sesungguhnya aktivitas menjelang tidur yang ia akan lakukan adalah aktivitas  “aku mati” dalam redaksi doa Rasulullah. Inilah pesan yang luar biasa, bahwasanya setiap kita hendak tidur, Allah memberikan pesan kepada kita akan datangnya kematian, jika ruh yang diwafatkan tidak dikembalikan lagi ke dalam jasad.

Pesan kedekatan kematian dengan aktivitas tidur yang kita jalani setiap hari juga tersirat dalam doa yang Rasulullah ajarkan ketika seorang Muslim bangun dari tidurnya. Doa tersebut tercantum hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا استيقظ قال الحمد لله الذي أحيانا بعدما أماتنا وإليه النشور رواه البخاري
Rasulullah ketika bangun dari tidurnya mengucapkan
“segala puji bagi Allah yang sudah menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami dan kepada-Nya semua akan kembali”.

Mari kita renungkan redaksi doa bangun tidur yang diajarkan Rasululllah yang ternyata tidak menggunakan ungkapan doa “aku bersyukur bahwa Allah yang telah membangunkan kami kembali setelah kami tidur, akan tetapi redaksi yang digunakan adalah bersyukur kepada Allah yang telah menghidupkan (ahyaanaa) kembali setelah mematikan (amaatanaa), dan akan ada saatnya semua manusia mengalami kematian sebenarnya dan kembali kepada Allah.

Begitulah sebenarnya kematian yang ternyata begitu dekat dengan perjalanan harian hidup manusia. Secara garis besar, kehidupan manusia di dunia hanya berisi 2 aktivitas utama yaitu; aktivitas tidur dan aktivitas bangun. Ternyata kedua aktivitas tersebut dalam paradigma ayat al-Qur’an dan doa yang diajarkan Rasulullah adalah aktivitas mati dan aktivitas hidup. Maka sesungguhnya setiap hari, manusia berada pada pusaran kehidupan dan kematian terus-menerus hingga pada saatnya ada kematian hakiki yang mendatanginya. Tidur yang sehari-hari kita jalankan adalah miniatur dari kematian yang pasti akan menjemput. Semoga kita semakin banyak mengingat kematian pada saat kita hendak tidur… Wallahu a’lam.

Oleh: DR. Abdul Ghoni, M.Hum.

No comments:

Post a Comment