Friday, February 3, 2017

Energi Ikhlas


          Sang raja heran bercampur marah. Hari itu adalah hari ke tiga ia didatangi mimpi yg sama. Aneh memang. Yang mengherankan, mimpi itu datang di tiga malam terakhir sang raja. Berturut-turut. Dan yang membuat sang raja marah, pesan itu tak sesuai dengan harapan raga 'bangunnya''.

          Masjid yang dibangun atas namanya sendiri, dengan harapan 'disebut-sebut' oleh rakyat, hancur oleh mimpi itu. Ia melihat namanya dihapus oleh malaikat dan diganti dengan nama lain. Ia ingat-ingat nama itu. Para pengawal coba menghibur. Mereka mengatakan seperti perkataan para ahli takwil kepada rajanya di masa yusuf : 'itu hanya mimpi kosong'. Tapi itu tak mampu meredam keinginan sang raja untuk memanggil 'nama' yg telah menghancurkan namanya.

          Sang raja semakin heran. Masjid itu dibangun dengan hartanya sendiri dan ia melarang rakyatnya menyumbang. Ternyata sosok yang datang bukan dari kalangannya yang 'berpunya''. Hanya seorang wanita lemah dan miskin. Tak ada garis wajah yang memberi makna ia mampu menyumbang atau sekedar mengangkat batu untuk pembangunan masjid.

          Sang raja tetap saja bertanya : 'apakah engkau membantu pembangunan masjid ini ?'. Wanita itu berkata :' wahai raja, aku adalah wanita lemah, miskin dan tua. Dan aku mendengar engkau telah melarang siapa pun yang ingin membantu. Tidak mungkin aku melanggarnya'.

          Sang raja bertanya kembali. Nampaknya ia ragu mendengar jawaban wanita itu : 'Demi Alloh aku bertanya, apa yang kau perbuat dalam pembangunan masjid ini?'. Wanita itu menjawab : 'Demi Alloh aku tidak melakukan apapun kecuali satu hal'. 'Apa? ', Tanya sang raja.' Suatu hari aku berjalan melewati bangunan masjid itu. Aku lihat hewan yang dipakai mengangkut kayu dan peralatan bangunan untuk masjid itu tengah kehausan. Sangat kehausan. Ia mencoba mencapai bejana berisi air di dekatnya. Tapi tidak bisa. Ia terkekang. Demi melihat hal itu, aku dekatkan bejana tersebut sehingga ia bisa minum. Hanya ini yang aku lakukan Demi Alloh', tegas wanita itu.

          Sang raja terhenyak. Kaget tapi sadar. Gunung kebaikan yang ada di sebrang samar. Atau mungkin hilang. Pandangannya terhalang kerikil pujian makhluk fana. Ia lupa bahwa panggung pertokohan bukan hanya di dunianya. Dan "kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikan-Nya". (QS. Fatir : 10)

          Skenarionya panjang. Tapi kesimpulannya hanya satu. Cerita panjang tentang sang raja, tapi bukan dia tokoh utamanya. Bukan sang raja tokoh sebenarnya. Maka di akhir : 'hapus namaku di masjid itu dan ganti dengan nama wanita ini. Sungguh perbuatan kecilnya ia lakukan hanya karna Alloh' pinta sang raja.

Oleh : Hamdan

No comments:

Post a Comment