Sang raja heran bercampur marah.
Hari itu adalah hari ke tiga ia didatangi mimpi yg sama. Aneh memang. Yang
mengherankan, mimpi itu datang di tiga malam terakhir sang raja.
Berturut-turut. Dan yang membuat sang raja marah, pesan itu tak sesuai dengan
harapan raga 'bangunnya''.
Masjid yang dibangun atas namanya
sendiri, dengan harapan 'disebut-sebut' oleh rakyat, hancur oleh mimpi itu. Ia
melihat namanya dihapus oleh malaikat dan diganti dengan nama lain. Ia
ingat-ingat nama itu. Para pengawal coba menghibur. Mereka mengatakan seperti
perkataan para ahli takwil kepada rajanya di masa yusuf : 'itu hanya mimpi
kosong'. Tapi itu tak mampu meredam keinginan sang raja untuk memanggil 'nama'
yg telah menghancurkan namanya.
Sang raja semakin heran. Masjid
itu dibangun dengan hartanya sendiri dan ia melarang rakyatnya menyumbang.
Ternyata sosok yang datang bukan dari kalangannya yang 'berpunya''. Hanya
seorang wanita lemah dan miskin. Tak ada garis wajah yang memberi makna ia
mampu menyumbang atau sekedar mengangkat batu untuk pembangunan masjid.
Sang raja tetap saja bertanya :
'apakah engkau membantu pembangunan masjid ini ?'. Wanita itu berkata :' wahai
raja, aku adalah wanita lemah, miskin dan tua. Dan aku mendengar engkau telah
melarang siapa pun yang ingin membantu. Tidak mungkin aku melanggarnya'.
Sang raja bertanya kembali.
Nampaknya ia ragu mendengar jawaban wanita itu : 'Demi Alloh aku bertanya, apa
yang kau perbuat dalam pembangunan masjid ini?'. Wanita itu menjawab : 'Demi
Alloh aku tidak melakukan apapun kecuali satu hal'. 'Apa? ', Tanya sang raja.'
Suatu hari aku berjalan melewati bangunan masjid itu. Aku lihat hewan yang
dipakai mengangkut kayu dan peralatan bangunan untuk masjid itu tengah kehausan.
Sangat kehausan. Ia mencoba mencapai bejana berisi air di dekatnya. Tapi tidak
bisa. Ia terkekang. Demi melihat hal itu, aku dekatkan bejana tersebut sehingga
ia bisa minum. Hanya ini yang aku lakukan Demi Alloh', tegas wanita itu.
Sang raja terhenyak. Kaget tapi
sadar. Gunung kebaikan yang ada di sebrang samar. Atau mungkin hilang.
Pandangannya terhalang kerikil pujian makhluk fana. Ia lupa bahwa panggung
pertokohan bukan hanya di dunianya. Dan "kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan
yang baik dan amal yang shalih dinaikan-Nya". (QS. Fatir : 10)
Skenarionya panjang. Tapi
kesimpulannya hanya satu. Cerita panjang tentang sang raja, tapi bukan dia
tokoh utamanya. Bukan sang raja tokoh sebenarnya. Maka di akhir : 'hapus namaku
di masjid itu dan ganti dengan nama wanita ini. Sungguh perbuatan kecilnya ia
lakukan hanya karna Alloh' pinta sang raja.
Oleh : Hamdan
No comments:
Post a Comment